16 September 2020

TATA CARA MENGURUS JENAZAH

TAJHIZUL MAYIT (MENGURUSI MAYYIT)  Apabila ada seseorang meninggal maka diwajibkan bagi sesama muslim untuk mengurus (men-tajhiz) mayit. Hal tersebut hukumnya fardlu kifayah, yakni apabila sudah dilaksanakan sebagian muslim, maka tidak wajib bagi muslim lainnya.                 Prosesi tajhiz mayit ada empat (4) Memandikan Mengafani Mensholati Menguburkan Cara mengurus mayit berbeda-beda sesuai dengan statusnya. Apabila mayit : Muslim atau syahid Akhirat maka wajib dilaksanakan 4 hal tersebut di atas. Kafir murtad atau kafir harbi (yang memusuhi), Maka : Haram Boleh memandikan, mengafani dan menguburkan. Kafir dzimmiy, musta’man dan mu’ahhad ( orang kafir yang tidak memusuhi), Maka : Wajib mengafani dan menguburkan. Haram mensholati. Boleh memandikan. Sayhid dunia akhirat dan Syahid dunia, Maka: Wajib mengafani dan menguburkan. Haram memandikan dan mensholati. Siqthu ( Bayi / janin keguguran), Maka: Bila sudah mencapai usia 6 bulan, maka wajib dilakukan 4 hal sebagaimana mayit dewasa, meskipun belum tampak tanda-tanda kehidupan ketika dilahirkan seperti tidak bernafas, tidak bergerak dan lain-lain. Bila belum mencapai usia 6 bulan, maka di rinci sebagai berikut : Bila sudah Nampak tanda-tanda kehidupan seperti bernafas dan bergerak walau sebentar, maka wajib dilakukan 4 hal sebagaimana mayit dewasa. Bila belum Nampak tanda-tanda kehidupan maka dirinci sebagai berikut: a) Jika sudah jelas bentuknya, maka : Wajib memandikan, mengafani dan menguburkan Haram mensholati b) Jika belum jelas bentuknya, maka: Tidak ada kewajiban apapun. Boleh memandikan. Sunnah mengafani dan menguburkan. Haram mensholati.   Catatan : Apabila menemukan sebagian anggota badan manusia maka perincian hukum berdasarkan wajib dan tidaknya tajhiz adalah sebagai berikut: Apabila diyakini anggota tersebut adalah milik orang yang masih hidup, maka; Tidak wajib dimandikan. Tidak wajib disholati. Sunnah dikuburkan dan membungkus dengan kain. Apabila diyakini anggota badan tersebut adalah milik orang yang sudah mati, maka wajib ditajhiz sebagaimana mayat utuh.[1] A. MEMANDIKAN MAYIT   Perlengkapan Air kembang (Air daun bidara/Air sabun), air kapur wangi (kapur barus), air jernih, bangku(plang/dipan), beberapa potong kain/pipih, baju kurung (gamis yang agak lebar, sudah usang dan jarang tenunannya).[2]       2. Tempat Memandikan Tempat yang beratap (tertutup) serta di beri wewangian dan sepi dari selain orang yang memandikan, orang yang membantunya dan wali si mayit.[3]       3. Orang yang Memandikan Orang yang amanah (tidak suka memberitakan berita buruk si mayit, tetapi sebaliknya/memberitakan kebaikannya). Orang yang memandikan wajib satu jenis kelamin dengan mayit kecuali mahram atau suami-istri. Jika mayit laki-laki, maka yang lebih utama dalam memandikan adalah orang yang `alim fiqih (dalam bidang memandikan, kemudian orang `alim fiqih yang lebih tua, kerabat mayit dari waris `ashobah dengan urutan sebagai berikut : Ayah Kakek dan seatasnya        Anak laki-laki Cucu dan sebawahnya       Sudara laki-laki sekandung                 Saudara laki-laki seayah Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah Saudara ayah sekandung Saudara ayah seayah Jika mayit perempuan, maka yang lebih utama dalam memandikan adalah wanita yang masih mahromnya dari waris `ashobah, kemudian kerabat wanitanya, kemudian mahrom dari mertua.[4]   Catatan : Dalam memandikan mayit, di usahakan untuk tidak memandang tubuh mayit apalagi auratnya, kecuali yang diperlukan.        4. Cara Memandikan Memandikan dapat dilakukan dengan menyangga atau memangku mayit atau dengan membaringkanya di atas bangku (dipan atau sejenisnya).[5]   Batas minimal/mencukupi Mengguyurkan air ke seluruh tubuh mayit (termasuk kemaluan dan lipatan-lipatan badan) setelah menghilangkan najis dan kotoran-kotoranya terlebih dahulu. Cara yang lebih sempurna a) Tubuh mayit dipakaikan gamis (sebagaimana perlengkapan di atas) atau hanya ditutup dengan kain. b) Mayit diletakkan di atas  tempat yang agak tinggi (di atas bangku, dipan dan sejenisnya), dengan menghadap kiblat kemudian bagian kepala agak ditinggikan supaya air basuhan mudah turun dan tidak masuk kemulut mayit. Atau dengan cara dipangku oleh tiga atau empat orang , sementara kaki kanan orang yang memangku bagian kepala diganjal dengan semisal batu dan punggung mayit disandarkan pada lutut kanan, sementara posisi kaki orang yang memangku bagian tengah (sejajar dengan dubur mayit) direnggangkan agar kotoran mayit bisa keluar. c) Tangan kanan orang yang memandikan yang paling ujung atau yang mebantunya diletakkan diantara kedua pundak mayit, sedangkan ibu jari berada di tengkuk, guna menyangga kepala mayit. Sementara tangan kiri mengusap sambil menekan perut mayit berulang-ulang agar kotorannya bisa keluar, kemudian dibersihkan. d) Kedua kemaluan mayit dibersihkan dengan menggunakan tangan kiri (jari telunjuk) yang dibungkus kain (pipih) sebagaimana orang istinja’ (hal ini juga bisa dilakukan dengan posisi setelah mayit dibaringkan terlentang). Catatan : Kain yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi tetapi dibuang dan tangan kiri (telunjuk) orang yang memandikan dibasuh atau dibersihkan.   e) Menyiwakinya dengan telunjuk tangan kiri yang dibungkus kain basah dan diupayakan agar gigi mayit tetap terkatup. f) Membersihkan hidung mayit dengan jari kelingking tangan kiri yang di bungkus kain basah lainnya. g) Membersihkan kotoran yang berada di bawah kuku dan telinga dengan memakai kayu yang lentur (semisal cotton bud). h) Mewudlui mayit sebagaimana wudlunya orang yang masih hidup (termasuk madlmadloh’, istinsyaq dan dan tatslits) lalu mayit diusap dengan kain. Contoh niatnya adalah : نويت الوضوء المسنون لهذا الميت \ لهذه الميتة سنة لله تعالى  Saat me-wudlu-i sebaiknya membaca do`a-do`a yang terlaku pada wudlu. Saat mewudlui, hendaknya kepala mayit tertunduk/miring agar air tidak masuk ke dalam perut. Jika mayitnya perempuan, maka bagian-bagian Qubul (vagina) yang tampak ketika duduk juga harus dibasuh. Jika mayitnya laki-laki yang belum khitan, maka bagian-bagian yang berada di bawah qulfah (kunclup) juga harus dibasuh. Jika terdapat najis yang sulit dihilangkan, semisal najis di bawah kunclup, Maka setelah dimandikan, mayat langsung dimakamkan tanpa disholati terlebih dahulu. Namun ada yang berpendapat bahwa bagian anggota tubuh mayat yang tidak terbasuh, bisa diganti dengan Adapun cara menayamuminya sama dengan tayamum pada umumnya di sertai dengan niat : نويت التيمم عما تحت قلفة هذا الميت لله تعالى Atau jika mayit tidak bisa dimandikan , semisal bila dimandikan dagingnya rontok, maka cukup ditayammumi saja. Adapun niatnya sebagai berikut :  نويت التيمم عن هذا الميت / هذه الميتة لاستباحة الصلاة عليه / عليها لله تعالى[6] i) Membasuh kepala, kemudian jenggot dengan air kembang atau sejenisnya. j) Menyisir rambut dan jenggot yang lebat secara pelan-pelan dengan sisir yang renggang, kemudian diluruskan kembali (bila ada yang rontok, maka harus di kuburkan). k) Mebasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kanan dengan air daun bidara/air sabun, mulai dari leher sampai telapak kaki. l) Membasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kiri sebagai mana sisi kanan. m) Memiringkan tubuh mayit ke arah kiri, lalu membasuh sisi tubuh bagian belakang sebelah kanan dengan daun bidara/air sabun, mulai tengkuk hingga telapak kaki. n) Memiringkan tubuh mayit kearah kanan lalu membasuh sisi tubuh bagian belakang sebelah kiri sebagaimana membasuh bagian kanan (usahakan agar kepala mayit jangan sampai terjungkal ). o) Tubuh mayit dilentangkan kembali, kemudian disiram dengan air bersih secara merata sebagaimana cara di atas mulai ujung rambut hingga ujung kaki. p) Menyiramkan air yang dicampur sedikit kapur wangi (kapur barus), juga mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Dan sunnah di beri niat. yaitu : نويت عن أداء الغسل عن هذا الميت/ هذه الميتة فرضا لله تعالى Catatan: Semua cara-cara di atas baru dinamakan satu kali mandian, dan di sunahkan mengulangi prosesnya secara ganjil (tiga/lima kali). Setelah selesai prosesi memandikan, hendaknya persendian mayit di lemaskan pelan-pelan dan diusap dengan kain kering/handuk. Bagi orang yang memandikan atau yang membantunya disunahkan memakai tutup wajah(cadar). Bila setelah selesai memandikan ada kotoran yang keluar, maka cukup dibersihkan saja, tidak perlu mengulangi prosesi memandikan. Apabila mayit mati dalam keadaan ihrom (belim tahallul awal) maka tidak boleh mencampur air dengan segala jenis wewangian. B. MENGKAFANI MAYIT  Perlengkapan Meja atau sejenisnya, kapas, kapur wangi dan minyak wangi. Untuk mayit laki-laki diperlukan tiga potong kain kafan/mori serta juga bisa di tambah gamis (baju kurung) dan ‘imamah (surban). Untuk mayit perempuan dan khuntsa (yang statusnya laki-laki atau perempuannya belum jelas) diperlukan dua potong kain kafan/mori, gamis, tapih dan kerudung. Beberapa utas tali dari kain. Kain kafan sebaiknya terbuat dari kapas yang berwarna putih dan pernah dicuci(bukan yang baru).[7] Cara Mengkafani Kafan yang paling baik serta paling lebar dibeber dahulu di atas tali pengikat. Setiap lapis kais kafan diperciki minyak wangi dan ditaburi kapur barus yang telah ditumbuk. Mayit diletakkan terlentang di atas lapisan kain kafan dengan bagian kafan yang berada diatas kepala lebih dibuat lebih panjang daripada yang berada di bawah kaki, kemudian tubuhnya diperciki minyak wangi dan ditaburi kapur barus. Kedua tangan mayit disedekapkan di antara dada dan pusar dengan posisi tangan kanan menumpang tangan kiri. Di antara kedua pantat mayit diberi kapas yang sudah diperciki minyak wangi dan ditaburi kapur barus (kapas jangan sampai masuk pada lubang anus). Menutup semua lubang yang ada pada tubuh mayit baik yang asal maupun yang baru serta ketujuh anggota sujud dengan menggunakan kapas yang sudah diperciki minyak wangi dan ditaburi kapur barus. Lapisan kafan yang paling atas yang sebelah kiri mayit diselimutkan ke tubuh mayit sampai menutupi seluruh tubuhnya (terutama bagian kanan). Lapisan kafan yang paling atas sebelah kanan mayit diselimutkan ke tubuh mayit sampai menutupi seluruh tubuhnya (terutama bagian kiri), begitu juga dengan kafan lapisan kedua dan ketiga. Setelah selesai kemudian diikat di bagian bawah kaki, perut dan atas kepala agar kafan tidak terlepas(udar jw.) saat jenazah diusung. Keterangan di atas adalah cara mengkafani mayit laki-laki. Adapun cara mengkafani mayit perempuan atau khuntsa, caranya ialah : Dipakaikan tapih yang diikat diantara pusar dan dada. Dipakaikan gamis. Dipakaikan kerudung yang bisa menutup kepala. Dikafani dengan dua lapis kafan (caranya seperti halnya mayit laki-laki). Diikat pada bagian bawah kaki, perut, atas kepala seperti pada mayit laki-laki dan ditambah pada bagian dada/payudara (dengan kain yang agak lebar). Tata cara ini adalah tata cara yang lebih sempurna dalam mengkafani mayit laki-laki dan perempuan serta khuntsa yang tidak sedang dalam keadaan ihrom. Adapun batas minimal mencukupi dalam mengafani mayit laki-laki, perempuan serta khuntsa yaitu satu lembar kain yang bisa menutupi seluruh badan mayit. Adapun untuk mayit yang ihrom, caranya sama hanya saja tidak boleh menggunakan wewangian dan tanpa ada ikatan simpul, serta bagi mayit laki-laki tidak boleh menutup kepalanya, sedangkan mayit perempuan atau khuntsa tidak boleh menutup wajahnya. Cara Membuat Gamis Kain kafan dilubangi pada bagian tengahnya (bisa dengan melipat kain ke  arah bawah dan menyamping, lalu dipotong sudutnya) serta bagian depannya (dada) di gunting sedikit. Catatan :    Untuk mayit laki-laki tidak boleh menggunakan sutera. Haram menulis ayat-ayat Al Qur`an atau asma-asma Allah pada kafan dengan memakai sesuatu yang dapat meninggalkan bekas.[8] C. MENSHOLATI MAYIT Dalam mensholati mayit ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya : Syarat-syarat mensholati mayit.[9] Sama dengan syarat-syarat sholat lain, hanya saja ditambah beberapa syarat yaitu : Mayit yang hendak disholati telah disucikan (dimandikan) serta perkara yang bersentuhan dengan si mayit juga harus suci. Mayit berada didepan musholli (dalam sholat mayit hadir). Dilakukan di suatu tempat yang tidak ada penghalang antara musholi dengan mayit dan jika dilakukan di luar masjid, maka jaraknya tidak melebihi 300 dzira` / ±150 m (dalam sholat mayit hadir) Kesunahan sebelum melaksakan sholat mayit Sholat mayit dilaksanakan dimasjid. Shof / barisan jama’ah minimal dijadikan 3 (tiga) baris. Posisi kepala mayit laki-laki berada di selatan, sementara posisi imam atau munfarid lurus kepala mayit. Bila mayit perempuan, maka posisi kepala mayit berada diutara, sedangkan posisi imam atau munfarid sejajar dengan pantan mayit. Tata cara sholat mayit/jenazah[10] Berdiri bagi yang mampu sebagaimana sholat-sholat yang lain. Niat bersamaan takbiratul ihram, lafadznya ialah : أصلى على هذا الميت (هذه الميتة) أربع تكبيرات فرض كفاية مستقبل القبلة مأموما (إماما) لله تعالى Mengangkat tangan hingga sejajar telinga saat takbiratul ihram dan takbir-takbir yang lain. Meletakkan tangan di antara pusar dan dada. Membaca ta`awudz dan surat al Fatihah dengan pelan (sirri). Jika ma`mum lebih dulu selesai dalam membaca fatihah, sebaiknya ia berdo`a bagi mayit. Takbir yang kedua. Membaca shalwat nabi SAW, minimalnya اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ dan yang lebih utama ialah dengan sholawat ibrahim yaitu : اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد  كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل  سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد Takbir yang ketiga. Berdo`a khusus bagi si mayit, minimalnya اللهم اغفرله dan yang lebih utama: اللهم اغفرله وارحمه، وعافه واعف عنه، وأكرم نزوله ووسع مدخله، واغسله بالماء والثلج والبرد، ونقه من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس، وأبدله دارا خيرا من داره، وأهلا خيرا من أهله، وزوجا خيرا من زوجه، وأعذه من عذاب القبر وفتنته، ومن عذاب النار. اللهم إغفر لحيّنا وميّتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وكبيرنا وذكرنا وأنثانا. أللهم من أحييته منّا فأحيه  على الإسلام ومن توفّيته منّا فتوفّه على الإيمان. اللهمّ لا تحرمنا أجره , ولا تضلّنا بعده[11]                                                                                                                                              Jika mayitnya belum baligh, maka sebaiknya doanya ditambah : اللهم اجعله فرط لأبويه وسلفا وذخرا وعظة واعتبارا وشفيعا وثقّل به موازينهما وأفرغ الصبر على قلوبهما، ولا تفتنهما بعده و لاتحرم هما أجره ولا تفتنهما بعده واغفر لنا ولهما ولجميع المؤمنين…. Takbir kempat. Membaca do`a :اللهم لاتحرمنا أجره ولا تفتنّا بعده وغيره واغفر لنا وله Salam, caranya sama dengan salam pada sholat lain hanya saja ditambah lafadzوبركاته   menjadi عليكم ورحمة الله وبركا ته السّلام   Catatan : Tidak disunahkan mengeraskan do`a dalam shalat mayit/jenazah. Hendaknya imam mengeraskan suaranya saat takbir dan salam. Jika mayitnya perempuan tunggal, maka dlomir dalam lafadz له diganti lafadz لها   jika dua orang memakai lafadz لهما  jika laki-laki banyak memakai lafadz  لهم jika perempuan jama` memakai lafadz .لهنّ  D. MEMAKAMKAN MAYIT/JENAZAH Perlengkapan Alat penggali kubur seperti cangkul, skop dan sejenisnya, keranda mayit, nisan, papan penutup, dan bantalan dari tanah sebesar batu bata.[12]   Liang kubur  : Batas Minimal yaitu : Liang yang bisa mencegah menyebarnya bau mayit, dan bisa menjaga dari binatang buas. Cara yang lebih sempurna : liang yang ukurannya sepanjang tubuh mayit di tambah dua jengkal dan lebarnya sekira orang yang memakamkan bisa leluasa (±100 cm), serta dalamnya tidak kurang dari ±4,5 dzira` (±200 cm).   Dalam penguburan mayit dikenal 2(dua) jenis liang kubur : Liang Cempuri Yaitu liang kuburan yang digali bagian tengahnya (seperti menggali parit) untuk meletakkan mayit yang ukurannya sekira papan penutup tidak tersentuh tubuh mayit ketika melepuh. Hal ini diperuntukkan bagi tanah yang lunak (gembur). Liang Lahat, (Luang landak ; jw) Yaitu liang kuburan yang sisi sebelah baratnya (arah kiblat) digali sekira cukup untuk meletakkan mayit. Prosesi Pemberangkatan Jenazah Janazah diusung menggunakan keranda (bandoso ; jw). Ketika akan meletakkan janazah ke dalam keranda, hendaknya mebaca basmalah. Sebelum diberangkatkan, jenazah dimintakan persaksian kepada khalayak umum tentang kebaikannya (dengan catatan tanpa adanya dusta dan cerita atau ucapan yang dibuat-buat)[13] Dido`akan ampunan, rahmat serta ketetapan iman, dan dimintakan kebebasan hak adamiy, seperti ghibah (ngrasani-jw.) , hutang dan lain-lain serta pemberitahuann tentang pengalihan hutang-piutang kepada ahli warits. Yang lebih utama janazah diusung oleh lima orang atau lebih sesuai kebutuhan dengan menggunakan keranda seperti gambar berikut:                                                                                                                Posisi kepala mayit berada di depan. Hendaknya mengusungnya dengan cara sekira tidak merendahkan martabat mayit, serta jalan kaki dan hendaknya yang mengusung adalah orang laki-laki. Disunahkan bagi pengiring jenazah untuk jalan kaki dan berada didepan serta dekat keranda dan baru pulang saat mayit telah selesai dikuburkan. Berjalan dengan cepat, dan tidak bersuara riuh (berteriak-riak). Berdzikir lirih untuk menghindari ghibah. Hindari membawa api atau sejenisnya kecuali untuk penerangan. Bagi orang yang melihat jenazah yang di usung/diberangkatkan disunahkan memuji kebesaran Allah SWT. dan berdo`a seperti: سبحان الحي الذى لا يموت أو سبحان الملك القدّوس الله أكبر صدق  الله ورسوله  هذا ما وعدنا الله ورسوله اللهمّ زدنا ايمانا و تسليما Kesunnahan mengiring jenazah hanya berlaku untuk laki-laki, sedangkan bagi perempuan hukumnya [14]   Prosesi pemakaman Setelah sampai di pemakaman, keranda diletakkan di pinggir makam bagian selatan dengan posisi membujur ke utara. Jenazah dikeluarkan dari keranda diawali dari bagian kepala sambil membaca do`a : بسم الله وعلى ملة رسول الله صلى الله عليه وسلّم اللهم افتح ابواب السماء لروحه وأكرم نزله ووسّع مدخله ووسّع له فى قبره Kemudian diterima orang yang berada di dalam makam dengan membaca do`a : بسم الله وعلي ملة (سنة) رسول الله صلى الله عليه وسلم، اللهم اسلمه إليه الاشحاء من ولده وأهله وقرابته واخوانه وفارقه من كان يحب قربه وخرج من سعة الدنيا والحياة إلى ظلمة القبر وضيقه، ونزل بك وأنت خير منزول به ان عاقبته فبذنب وان عفوت فأهل العفو انت غني عن عذابه وهو فقير إلي رحتمك، اللهم تقبّل حسنته واغفر سيئته وأعده من عذاب القبر واجمع له برحمتك الأمن من عذابك واكفه كلّ هول  دون الجنة، اللهم واخلفه فى تركته فى الغابرين وارفعه فى علّيّين وعد عليه بفضل رحمتك يا أرحم الراحمين..   [15]                                                                                      Jenazah di letakkan miring pada sisi tubuh bagian kanan dengan menghadap arah kiblat Wajah dan kedua kakinya di sandarkan pada dinding makam sehingga seperti posisi orang yang hampir ruku` Punggungnya di ganjal dengan bantalan dari tanah agar tidak terlentang Semua Ikatan tali bagian luar dilepas terutama bagian kepala mayit agar kafan dapat di singkap, kemudian kepalanya di bantali dengan tanah agar jenazah tidak terjungkal, dan pipinya ditempelkan pada tanah Liang lahat di tutup dengan papan atau sejenisnya Makam ditimbun atau diurug dengan tanah hingga kira-kira setinggi satu jengkal merata lalu dipasang nisan. Diperbolehkan juga menggunduk, tetapi meratakan tanah lebih baik dari pada menggunduknya. Nisan sebaiknya dari kayu (jangan dari bahan yang permanen). Bagi pengiring agar menburkan tanah ke makam tiga kali dengan berdo`a : Untuk taburan pertama :                     منها خلقناكم، اللهم لقّنه عند المسألة حجته Untuk taburan kedua :                   وفيها نعيدكم، اللهم افتح ابواب السما ء لروحه Untuk taburan ketiga :     ومنها نخرجكم تارة أخرى، اللهم جافّ الأرض عن جنبيه   Kemudian mentalqin mayit, mendo`akan dan memintakan ampun atas dosa-dosanya.[16] Contoh lafadz talqin[17] : يا عبد الله ابن أمّة الله أذكر ما خرجت عليه من دار الدنيا شهادة ان لاإله إلا الله  وأنّ محمّدا رسول الله، وأنّ الجنّة حقّ، وأنّ النار حقّ، وأنّ الساعة أتية لا ريب فيها، وأنّ الله يبعث من فى القبور، وأنّك  رضيت بالله ربّا، وبالإسلام دينا، وبمحمّد صلّى الله عليه وسلّم نبيّا، وبالقرآن إماما، وبالكعبة قبلة، وبالمؤمنين إخوانا   Catatan : Dalam mentalqin bisa langsung menggunakan nama shorih (nama mayit dan nama ibunya) bila di ketahui. Utamanya bagi Mulaqqin (orang yang mentalqin) adalah duduk di sisi kepala mayit, sedangkan jama`ah (hadirin) berdiri. Sunnah mengulangi talqin sampai tiga kali. Haram mencabuti rerumputan yang masih basah di atas kuburan, kecuali rumput tersebut telah kering.  والله أعلم بالصواب  DAFTAR PUSTAKA [1] Hasyiyata Qulyubi wa ‘umairoh, juz 1, Hal 290, Daru Ihya’i Kutubil ‘Arobiyah. [2] Busyro al Karim Juz II Hal 29 [3] Busyro al Karim Juz II hal 29 [4] Busyro al Karim Juz II Hal 30 [5] Busyro al Karim Juz II Hal 29, Hasyiyatain Juz I Hal 324, Hawasyi al madaniyyah Juz II Hal 105 [6] Syarah Bahjah Al-Wardiyah Juz 2, Hal 82 ,Maktabah Syamilah      Hasyiyah Al-Jamal Juz 2 Hal 143 [7] Busyro al Karim juz II hal 31, Hawasyi as syarwani juz III hal 139, Hasyiyatain juz I hal 329, Al Majmu` juz V hal 199-204.  [8] Busyro al Karim Juz II hal 31 [9] Busyro al Karim Juz II hal 31 [10] Busyro al Karim Juz II hal 33, Tanwir al Qulub hal 204, Kasyifat as Syaja hal 104, I`anat at Tholibin Juz II hal 127-128, Mughni al Muhtaj Juz I hal 342-344 [11] Hasyiyatain Juz IV hal 375 SYameela [12] Busyro al Karim Juz II hal 37 [13] Al Ibda` fi Madlori al Abda` hal 108-109, At Turmusyi Juz III hal 434, Al Adzkar an anawawi hal 151 [14] Busyro al Karim Juz II hal 38, Tanwir al Qulub Juz II hal 205-206, al Majmu` Juz V hal 269,278,281 [15]  Nihaytuz-zain hal-155 [16] Busyro al Karim juz II hal 38, Tanwir al Qulub juz II hal 207, Tausyh `ala ibni Qosim hal 97,   Al Majmu` juz V hal 291-294  [17] Asna al Matholib juz 4 hal 342-shameela, hasyiyatain juz 5 hal 17 shameela https://absensi.sumbarprov.go.id/file_session/gacor-terus/ https://absensi.sumbarprov.go.id/images/auto-demo/ https://absensi.sumbarprov.go.id/images/extra-gacor/ https://inspektorat.pringsewukab.go.id/-/sgacor/ https://inspektorat.pringsewukab.go.id/wp-content/pages/ https://inspektorat.pringsewukab.go.id/wp-includes/shop/ https://www.bapenda.purwakartakab.go.id/loginwebsite/uploads/shop/gb777/ https://te.unjani.ac.id/wp-content/plugins/gacor-hari-ini/ https://te.unjani.ac.id/wp-includes/assets/-/products/ https://teknikkimia.unjani.ac.id/wp-includes/js/products/xgacor/ https://teknikkimia.unjani.ac.id/wp-content/uploads/-/ https://kartuft.unjani.ac.id/wp-content/shop/ https://bappeda.butonutarakab.go.id/wp-includes/css/pthailand/ https://magistersipil.unjani.ac.id/wp-includes/shop/ https://magistersipil.unjani.ac.id/wp-content/zgacor/ https://teknikkimia.unjani.ac.id/wp-content/uploads/terbaik-2024/ https://teknikkimia.unjani.ac.id/wp-includes/free-demo/ https://kartuft.unjani.ac.id/wp-includes/css/akun/ https://kartuft.unjani.ac.id/wp-content/plugins/terpercaya/
SARBINI (KEPALA DESA)    BAGUS NUGROHO (KASI PELAYANAN)    YULIATIN (KAUR TATA USAHA DAN UMUM)    WURI LESTARI (KAUR KEUANGAN)    SAMURI (KASI KESEJAHTERAAN)    LILIS AGUSTIN (KASI PEMERINTAHAN)    SAMIRAN (KEPALA DUSUN KAJAR)    SARIFAHUDIN (KEPALA DUSUN KROWE)    MAKSUM (KEPALA DUSUN KEDUNGREJO)    SRIYATUN (KEPALA DUSUN PLAYANGAN)    BIBIT (KEPALA DUSUN PLOSOREJO)    MARJUKI (KEPALA DUSUN BONDOT)    JIMUN (STAF KAUR PERENCANAAN)    WARSITO (STAF KASI PEMERINTAHAN)    MARSONO (SEKRETARIS DESA)    MUKHYAR TASMANTO (KASI PERENCANAAN)    PUJIANTO (KARYAWAN DESA (MODIN))